25 Maret 2008


Peluncuran Hands off Venezuela Indonesia
Hits : 144
NO VOLVERAN
Revolusi Venezuela Sekarang

… Inilah Revolusi Bolivarian Venezuela;.
untuk pertama kalinya rakyat menaruh minat pada politik,
dan mengambil kendali di kehidupan mereka…
Akhiri penderitaan; akhiri kemiskinan; sekarang juga!
Akhiri sistem ini pada akarnya. Hidup Sosialis!

Mengundang kawan-kawan

HADIR, BERDISKUSI, DAN BERSOLIDARITAS

Acara:
Peluncuran Hands Off Venezuela (HOV) Indonesia dan Pemutaran Film NO VOLVERAN “Revolusi Venezuela Sekarang”

Diskusi Publik dengan tema:
“Arah Ekonomi Baru, Demokrasi Baru, dengan Revolusi”

Pembicara:
Eko Prasetyo (Resist Book - Yogyakarta)
Zely Ariane (HOV Indonesia, KPRM - PRD)
Sadikin Gani (Rumah Kiri)

Waktu
Jum’at, 28 Maret 2008, Pk. 13:00 - Selesai

Tempat
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Lt.1
Jl. Diponegoro No. 76 Jakarta.

Informasi
Jesus S. Anam Hp. 02517104542, Sadikin Hp. 081573218225, Zely Hp. 08158126673, Arfi Hp. 085263548807, Arif Hp. 081578503444, Adi Hp. 081315921593.
Email: hovindonesia@yahoo.comAlamat email ini telah dilindungi dari spam bots, Javascript harus aktif untuk melihatnya

Term Of Reference
Peluncuran Hands Off Venezuela (HOV) Indonesia dan Pemutaran Film NO VOLVERAN “Revolusi Venezuela Sekarang”


Jakarta, 28 Maret 2008

Latar Belakang
Distorsi dan penyelewengan informasi oleh berbagai media atas Revolusi Bolivarian di Venezuela telah melahirkan Hands Off Venezuela, sebuah kampanye solidaritas untuk Revolusi Bolivarian. Kampanye ini telah menyebar ke perbagai negara dan sekarang telah memiliki pendukung di lebih dari 30 negara di dunia. Prinsip dasar dari kampanye ini adalah:

1. Bersolidaritas dengan Revolusi Bolivarian.
2. Menentang intervensi imperialis di Venezuela.
3. Membangun hubungan dengan gerakan revolusioner dan gerakan serikat buruh di Venezuela.

HOV – Indonesia dibangun sebagai upaya memperluas dukungan atas Revolusi Bolivarian, propaganda program-program sosialis (pencapaiannya, proses-prosesnya, dll.) di Venezuela, dan sebagai wahana belajar bagi gerakan-gerakan revolusioner dan gerakan-gerakan buruh di Indonesia menuju terwujudnya revolusi di Indonesia.

Tujuan
Kampanye ini bersifat terbuka bagi siapa saja, baik secara individu maupun kelompok, yang setuju dengan tujuan-tujuan dari kampanye. Tujuan-tujuan dari kampanye tersebut adalah:

1. Mendukung penuh Revolusi Venezuela, yang telah berulangkali terbukti menjalankan mandat demokratiknya, dengan berjuang membebaskan penindasan yang terjadi di Venezuela.
2. Mempertahankan Revolusi dari serangan imperialisme dan agen-agen lokalnya, yakni oligarki Venezuela.
3. Mendukung konfederasi serikat pekerja, UNT, sebagai corong yang sah dari gerakan buruh.
4. Memberikan informasi yang benar tentang Venezuela yang selama ini diselewengkan oleh banyak media, dan memobilisasi dukungan yang sebanyak-banyaknya bagi tercapainya tujuan-tujuan tersebut.

Selain hal-hal yang telah disebut di atas, HOV – Indonesia bisa menjadi gerakan bersama guna mengeksplorasi revolusi Indonesia dengan belajar dari kasus Venezuela.

Peserta

1. Organisasi
2. Individu

Materi

1. Pemutaran Film ( Sinopsis terlampir)
2. Diskusi Panel

Waktu dan Tempat

Tanggal 28 Maret 2008, jam 13.00 – selesai
Gd. LBH lt. 1 Jl. Diponegoro No. 76 Jakarta
Jadwal
Waktu Kegiatan Narasumber
13.00 – 13.30 Pembukaan ( LBH dan Perjuangan Kritis di Indonesia ) Direktur LBH Jakarta
13.30 – 14.30 Pemutaran Film Jesus (Hov)-Panitia
14.30 – 17.00 Diskusi Panel Zely, Sadikin,Eko
Moderator: Jesus SA
17.00 - Penutupan Jesus SA – HOV – Panitia

Lampiran

Sinopsis Film Dokumenter No Volveran
No Volveran adalah sebuah dokumenter tentang Revolusi: suatu perubahan radikal atas kepemilikan alat produksi, transformasi kesadaran dan kebudayaan, serta peningkatan tenaga produktif, yang sedang berkembang di Venezuela. Melalui apa yang disebut ‘revolusi damai’, proses itu sedang memobilisasi rakyat untuk membuat mungkin apa yang selama ini dianggap mustahil oleh banyak orang: mengambil alih industri pokok di bawah kontrol buruh; mendistribusi kekayaan negeri; melakukan referendum; melunasi utang luar negeri; memutus hubungan dengan IMF; mengorganisasikan kekuatan rakyat miskin untuk mengurus negeri dan kehidupannya sendiri; dan seterusnya, dan seterusnya.
Film berdurasi 90 menit, produksi tahun 2007, ini gempita dengan kegembiraan rakyat terhadap revolusi. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Venezuela, rakyat memiliki kekuatan untuk memerintah dan menentukan masa depan kehidupan mereka sendiri.

“… Rakyat telah bangkit, dan mereka tak akan diintimidasi lagi. Kami akan korbankan segalanya untuk mempertahankan proses ini.”
“... banyak ibu rumah tangga berkata, kalau perlu jual tv untuk beli senapan, itu (pun) akan dilakukan.”
“… kami sekarang punya harga diri, dan kami bukan lagi kaum terpinggir dan terlupakan, melainkan rakyat masa depan... kami adalah pemimpin…”

Pendidikan gratis, kesehatan gratis, pembangunan perumahan sehat, makanan sehat dan murah, dan seterusnya, tidak didapatkan rakyat oleh karena belas kasih atau derma dari orang kaya atau pemerintah. Hak-hak tesebut didapatkan karena mobilisasi rakyat mempertahankan proses Revolusi: menggagalkan kudeta dari oposisi sayap kanan (April 2002) dan boikot para pemiliki bisnis dan industri (Desember 2002), mengalahkan referendum pemecatan terhadap Hugo Chavez, Presiden Venezuela (Agustus 2004); memilih Chavez kembali sebagai Presiden (Desember 2006); membentuk dewan-dewan komunal dan dewan-dewan buruh sebagai instrumen revolusi.

Revolusi oleh rakyat Venezuela kini dianggap sebagai satu-satunya jalan untuk dapat merubah nasib, sehingga mereka berbondong-bondong mempertahankannya, dan mengatakan TIDAK pada Kekuatan Lama (No Volveran).

”...Inilah saatnya, membangun gerakan massa dan menyingkirkan klas penguasa, agar semua punya kesempatan berkembang secara spritiual, fisik, ekonomi dan segala aspek kehidupan. Dalam kapitalisme kita tak bisa.”

Sampai Menang.***
Contact: hovindonesia@yahoo.com

Pengumuman Pemenang Lomba Karya Jurnalistik Perburuhan

Kepada Yth.
Bpk/Ibu/Sdr/ Sdri.


Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia bekerjasama dengan
American Center for International Labor Solidarity (ACILS) dan
The Friedrich Ebert Stiftung (FES)
mengundang Bapak/Ibu/Sdr/ Sdri untuk hadir dalam acara
Pengumuman Pemenang Karya Jurnalistik untuk Liputan Isu Perburuhan dan
Launching Buku “Buruh dalam Reportase Media”
yang akan diadakan pada :

Hari/Tanggal : Rabu, 26 Maret 2008
Waktu : Pkl. 12.00 – 15.00 WIB (diawali makan siang)
Tempat : Jakarta Media Center (JMC)
Auditorium Gedung Dewan Pers Lantai Dasar
Jl. Kebon Sirih 32-34, Jakarta Pusat

Kami berharap Bapak/Ibu/Sdr/ Sdri dapat hadir dalam acara ini.
Demikian undangan ini kami sampaikan.
Atas perhatian dan kehadirannya kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,


Heru Hendratmoko
Ketua Umum AJI Indonesia

10 Maret 2008

Sistem Outsourcing Digugat

Minggu, 09 Maret 2008, 01.03 WIB
Sumber: Kompas TV

Untuk memperingati hari perempuan sedunia, ratusan massa yang tergabung dalam Aliansi Buruh Menggugat (ABM), Sabtu menggelar aksi demo di sekitar Istana Negara. Mereka menyerukan agar pemerintah lebih memperhatikan nasib kaum buruh perempuan dan menjamin adanya kepastian kerja kalangan buruh.

Nuzul, Kordinator aksi menegaskan, perlindungan pemerintah terhadap keberadaan buruh perempuan selama ini sangat lemah. Selain gaji murah, buruh perempuan acap mengalami diskriminasi dan diperlakukan semena-mena oleh para pemilik modal. Mereka bahkan sering menjadi korban kekerasan.

Dalam aksinya, massa mendesak pemerintah segera menghapus sistem kerja kontrak dan outsourcing. Sistem ini, mereka nilai merugikan dan merupakan bentuk baru penjajahan ala kapitalis. Mereka juga menuntut pemerintah meningkatkan jaminan sosial bagi rakyat dan menurunkan harga kebutuhan pokok.

Aksi ini mendapat pengawalan ketat aparat keamanan dan sempat memacetkan arus lalu lintas.

09 Maret 2008

AKSI MEMPERINGATI HARI PEREMPUAN SEDUNIA DI DAERAH

Sumber: Metro TV

Metrotvnews.com, Medan: Ratusan perempuan yang tergabung dalam Forum Perempuan Sumatra Utara memperingati Hari Perempuan Sedunia, Sabtu (8/3). Mereka berjalan dari bundaran depan Kantor Pos, Medan, Sumut, menuju ke sejumlah kantor partai politik. Salah satu yang didatangi adalah Kantor Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan. Mereka mempertanyakan tak ada kandidat perempuan dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumut.

Para pengunjuk rasa juga mendatangi Kantor Partai Demoksrasi Indonesia Perjuangan Sumut. Pertanyaan serupa juga disampaikan kepada pengurus PDIP. Padahal, menurut mereka, dari 8,5 juta pemilih di Sumut sekitar 52 persen adalah perempuan. Koordinator aksi Maya Manurung mengatakan pihaknya akan menyerukan kepada seluruh perempuan di Sumut untuk memboikot cagub-cawagub yang tidak punya perspektif gender. Pengunjuk rasa akhirnya diterima pengurus PDIP Sumut Efendi Napitupulu. Ia menyatakan komitmen parpolnya terhadap perempuan telah dibuktikan dengan mencalonkan Megawati Sukarnoputri sebagai presiden.

Masih di Medan. Sekitar seratusan massa yang terdiri dari berbagai elemen mahasiswa dan ibu-ibu berunjuk rasa di kawasan Bundaran Majestik. Aksi ini juga untuk memperingati Hari Perempuan Sedunia. Pengunjuk rasa menuntut pemerintah menurunkan harga minyak goreng dan sejumlah kebutuhan pokok yang hingga saat ini kian melambung. Mereka menyesalkan tewasnya seorang ibu dan anak di Makassar, Sulawesi Selatan, akibat diare dan kelaparan. Karena itu, pengunjuk rasa menuntut pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla benar-benar serius memperhatikan nasib rakyat yang makin sengsara.

Unjuk rasa memperingati Hari Perempuan Sedunia juga berlangsung di Makassar, hari ini. Ratusan perempuan dari berbagai daerah dan berlatar belakang bermacam profesi berkumpul dalam acara bertajuk temu perempuan di anjungan Pantai Losari, Makassar. Berbagai kegiatan digelar dalam acara ini. Salah satunya aksi teatrikal yang diperankan ibu-ibu rumah tangga. Mereka merekonstruksikan nasib perempuan yang kurang mendapat perhatian pemerintah. Antara lain nasib perempuan hamil yang kesulitan mendapatkan pelayanan media. Kasus kematian seorang ibu dan anak yang mengejutkan akibat kelaparan juga direka ulang. Acara temu perempuan ini juga menggelar pameran buku dan sosialisasi Gerakan Sayang Ibu.

Kegiatan untuk memperingati Hari Perempuan Sedunia juga digelar di Solo, Jawa Tengah. Acara digelar di halaman Joglo Sriwedari. Mereka menyampaikan pesan stop kekerasan terhadap perempuan supaya dapat hidup sejahtera tanpa rasa takut. Mereka juga meminta kepada pemerintah untuk memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan di segala bidang. Usai berorasi, pengunjuk rasa melepaskan balon gas yang membawa pesan untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan. Acara ini juga diisi dialog dalam bentuk sarasehan untuk membicarakan persoalan perempuan.

Aksi serupa juga berlangsung di Yogyakarta. Mereka membawa payung berisi tuntutan. payung2 juga sebagai simbol perlindungan perempuan. dari maliboro sampai kantor pos. mereka menuntut stop pemiskinan kaum perempuan. pemerintah juga dituntut mengendalikan harga bahan pokok. Kenaikan telah mematikan usaha kecil yang sebagian besar dikelola perempuan.(BEY)

Hari Perempuan Sedunia Diperingati di Bundaran HI

Sumber: Liputan 6 SCTV

Liputan6.com, Jakarta: Hari Perempuan Sedunia yang jatuh pada hari ini juga diperingati di Indonesia. Ratusan kaum hawa berkumpul di Bundaran Hotel Indonesia, Sabtu (8/3) siang. Mereka tergabung dalam Suara Hati Ibu dan Aliansi Perempuan Menggugat berunjuk rasa mengusung tema "Hentikan Konsumsi Berlebihan dan Mulailah Hidup Hemat". Aktivis wanita Karlina Leksono terlihat hadir di antara sekitar 500 pengunjuk rasa.

Dalam aksi damai itu, berbagai poster antara lain bertuliskan "Perempuan Menolak Kenaikan Harga" dan "Tolak RUU PPHI [Rancangan Undang-Undang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial] dan Ketenagakerjaan" dibawa beramai-ramai. Demonstran berharap Hari Perempuan Sedunia tahun ini menjadi tonggak awal gerakan pembebasan bangsa dari jeratan kebiasaan konsumsi tinggi. Sebagian di antara para pengunjuk rasa bahkan membawa serta anak-anak mereka sebagai simbol penanggung utang negara. Rencananya, mereka akan melakukan long march sampai ke Istana Negara melewati Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Kantor Dana Moneter Internasional.

Meski tak ada tanggal pasti, gerakan Hari Perempuan Sedunia lahir ketika zaman yang penuh bergelora dengan krisis dan pergolakan sosial yang besar (sekitar 1910-an). Pada waktu itu, kaum wanita mulai diperbolehkan bekerja asal sesuai gender. Mayoritas perempuan akhirnya hanya bisa mencari uang di industri tekstil atau kilang minyak. Kondisi amat tertindas dengan gaji yang minim mendorong sebagian buruh menggalang kekuatan membentuk organisasi pekerja perempuan. Aroma pergerakan menyebar ke seluruh dunia, mulai dari Eropa, Inggris, Amerika Serikat sampai menyentuh segelintir warga Australia.

Di AS, aksi menggalang kekuatan Perempuan Sedunia diperingati pertama kali dan dihadiri sekitar 2.000 wanita di Manhattan, Ahad terakhir Februari 1908. Pengagasnya berasal dari kalangan kaum perempuan sosialis. Mereka pun berjuang menguatkan barisan dalam wadah Women`s Trade Union League (WTUL) sebagai perhimpunan kaum wanita pertama. Organisasi ini bekerja untuk menuntut hak kebajikan ekonomi dan politik.

Setahun kemudian, buruh wanita yang bekerja di pabrik tekstil menggelar mogok massal dan diikuti sekitar 30 ribu orang. Mereka ogah bekerja selama hampir 13 minggu sebelum tuntutan kenaikan gaji dan fasilitas yang lebih baik terpenuhi. WTUL kembali menyalurkan bantuan dengan mencari dana jaminan bagi pekerja yang ditahan saat mogok massal dan tabungan ala kadarnya.

Berbagai seminar dan dialog pun digelar WTUL, sejak 1910. Donaturnya tak lain kaum sosialis dan feminis di seluruh dunia. Pertemuan demi pertemuan dilakukan dengan tujuan mengusulkan Hari Perempuan dijadikan satu peristiwa internasional. Sejak tahun itu juga, budaya solidaritas mendunia terbentuk menjadi sebuah kesepahaman umum untuk kaum pekerja perempuan yang tertindas. Semangat ini tak pelak merebak jadi isu hangat.

Adalah Clara Zetkin, aktivis gerakan sosialis demokrasi yang tersentuh unjuk rasa massal. Perhatiannya yang penuh memberi gagasan bahwa perempuan harus memilih satu hari untuk membuat tuntutan mereka pada setiap tahun. Ide ini disampaikan dalam sebuah sidang yang dihadiri sekitar seribu perempuan dari 17 negara. Mereka kebanyakan tergabung dalam serikat kerja, partai sosialis, klab perempuan, dan wakil rakyat yang baru terpilih di Parlemen Finnish. Berpijak dari hasil sidang tersebut pembentukan Hari Perempuan Sedunia disetujui jatuh setiap 8 Maret. Keputusan ini dikukuhkan dalam sidang lanjutan di Kopenhagen, Denmark dan terus diperingati hingga kini.(KEN/Tim Liputan 6 SCTV)

AKSI PEREMPUAN DI HARI PEREMPUAN DUNIA

Sumber: Metro TV

Metrotvnews.com, Jakarta: Berbagai organisasi perempuan menggelar aksi damai untuk memperingati Hari Perempuan Internasional di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Sabtu (8/3). Aksi ini digelar aktivis Srikandi Demokrasi Indonesia, Lembaga Partisipasi Perempuan, Public Service International dan perempuan PKS. Mereka mengangkat sejumlah isu mulai dari tingginya harga minyak goreng dan kebutuhan pokok lainnya serta sulitnya mendapatkan asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin.

Aksi ini juga mengangkat isu tingginya angka gizi buruk pada balita sampai pada tuntutan diumumkannya merek susu yang tercemar bakteri. Sedangkan Lembaga Partisipasi Perempuan mengangkat isu lain. Mereka mendorong perempuan Indonesia untuk ikut berpartisipasi secara politik dalam Pemilu 2009. Secara umum, seluruh organisasi mencoba mengangkat hari ini sebagai momentum untuk merefleksikan kembali kualitas kesejahteraan, kesehatan, pendidikan dan hak-hak politik perempuan Indonesia yang dinilai masih sangat rendah. Selain berorasi, peserta aksi ini juga membagi-bagikan selebaran dan bunga bagi para pengendara mobil yang melintas di Bunderan HI.

Peringatan Hari Perempuan Internasional di Jakarta juga diisi kampanye solidaritas bagi para tenaga kerja wanita. Satu lembaga swadaya masyarakat perempuan di Jakarta menyebarkan pamflet dan stiker untuk mensosialisasikan masalah budaya dan hukum bagi para tenaga kerja wanita di luar negeri. Aksi digelar di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur.(BEY)