15 Januari 2008

Bersatu Lawan Penjajahan Asing

AYO RAKYAT MISKIN BERSATU
LAWAN PENJAJAHAN ASING DAN ANTEK-ANTEKNYA!!!

Sejak ratusan tahun yang lalu, bangsa kita, bangsa Indonesia telah mengangkat panji-panji perlawanan terhadap penjajahan bangsa asing; seperti Portugis, Inggris, Belanda, Amerika dan bahkan terhadap Jepang, yang datang ke Indonesia untuk merampas kekayaan alam, memeras keringat rakyat Indonesia demi kemakmuran mereka sendiri, dan dengan perlawanan yang gigih dari para pemuda/pemudi militan seperti Tirto Adi Suryo, Semaun, hingga Sukarno-bersama dengan gerakan massa rakyat yang terorganisir- akhirnya bangsa kita biasa melepaskan diri dari penjajahan dan it uterus berlanjut selama masa Orde Lama, dimana suasana anti penjahan nampak dalam semua sisi kehidupan kita. Kita menjadi Bangsa yang berdaulat secara politik,mandiri secara ekonomi dan bangga dengan kebudayaan kita sendiri.

Namun selanjutnya, sejarah berputar balik, dibawah komando Soeharto –beserta Tentara, Sekber Golkar dan Milisi-milisi sipil yang dilatih Tentara dan dengan dukungan Amerika, Inggris- Soekarno dan kekuatan rakyat anti penjajah di bantai, dan munculnya Orde Baru, yang dengan cepat mengembalikan situasi bangsa kita kembali ke jaman penjajahan. Kita tidak lagi berdaulat secara politik, kita tidak lagi mandiri secara ekonomi dan kita tidak lagi bangga dengan budaya kita.

Dampaknya bagi rakyat Indonesia adalah terjajah kembali; Tanah-tanah petani dirampas demi modal asing dan antek-anteknya, upah murah demi modal asing dan antek-anteknya, sekolah mahal demi modal asing dan antek-anteknya, kesehatan mahal demi modal asing dan antek-anteknya, bahkan karena semua demi modal asing dan antek-anteknya, maka jutaan rakyat menjadi pengangguran dan sebagaian orang yang menjadi antek modal asing, sangat kaya raya.

Hingga sekarang situasi itu terus terjadi, rakyat Indonesia terus terjajah, karena pemerintah pasca Soeharto yakni Habibie, Gus Dur, Megawati dan Sby-JK, ternyata juga bukan pemerintahan yang berani melawan penjajahan asing, bahkan menjadi antek penjajah.

Hutang Luar Negeri yang menjadi jebakan bagi bangsa kita untuk menyerahkan seluruh kekayaan ekonomi dan bahkan menggadaikan kedaulatan politik, tidak berani dihentikan pembayarannya oleh SBY-KALLA, tidak berani dihentikan pembayarannya oleh SEMUA PARTAI YANG ADA DI DPR SEKARANG.

Hutang Luar Negeri yang sedemikian besar-yang diharuskan oleh Negara-Negara Penjajah kepada Pemerintah kita dari Soeharto hingga SBY – menjadi alat bagi Negara-Negara Penjajah untuk setiap saat mengatur bangsa kita, sebagai bangsa yang diatur-atur oleh bangsa lain(dijajah), kita tidak bisa merencanakan pembangunan yang bermanfaat bagi jutaan rakyat miskin sebab pabrik-pabrik kita (industri) bukan dibangun untuk kepentingan jutaan rakyat Indonesia itu, tetapi untuk kepentingan penjajah dan antek-anteknya. Jika kita butuh pabrik traktor yang banyak agar tersedia traktor yang cukup-dan murah-bagi petani, kita tidak akan bisa membangunnya selama tidak mendapatkan restu dari Negara-Negara Penjajah. Kita ingin membangun pabrik obat yang banyak-agar obat cukup dan murah,bahkan seperti di banyak negara lain, obat bisa gratis- kita tidak bisa membangunnya selama tidak mendapatkan restu dari Negara-Negara Penjajah. Kita ingin punya listrik dan air di tiap rumah, kita tidak bisa membangunnya selama tidak mendapatkan restu dari Negara-Negara Penjajah.

Demikian pula halnya dengan kesejahteraan rakyat kita yang bekerja di pabrik-pabrik. Kita ingin upah yang layak, kita ingin punya jaminan pekerjaan yang tetap-bukan kontrak apalagi outrsourching, kita ingin jam kerja yang manusiawi-tidak harus lembur tiap hari hingga rakyat kita menjadi kurang pergaulan,tidak bisa mengurus keluarga, tidak bisa belajar agar menjadi lebih pintar, semuanya tidak bisa selama tidak mendapatkan restu dari Negara-Negara Penjajah.

Yang pengangguran ? Sama saja, tidak akan mendapatkan pekerjaan yang layak dengan kesejahteraan yang layak, selama tidak mendaptkan restu dari Negara-Negara Penjajah. Yang Pelajar dan Mahasiswa, bersiap-siaplah menjadi pengangguran atau menjadi buruh dengan kondisi yang tidak manusiawi, sebab kita terjajah.

Oleh karena itu, hai semua rakyat miskin-yang memang dimiskinkan karena terjajah- mari kita membangun organisasi, membangun kekuatan, sebab Semua Partai Politik di DPR bukan alat kalian, tapi Antek Penjajah, sebab Pemerintah bukan alat kalian, tapi Antek Penjajah, sebab perubahan untuk kesejahteraan buat kalian semua, buat rakyat Indonesia tergantung pada jerih payah perjuangan kita bersama, perjuangan rakyat miskin Indonesia, dan perjuangan rakyat miskin Indonesia adalah perjuangan yang mengunakan metode mobilisasi/partisipasi seluruh rakyat, seperti yang telah teruji dalam sejarah bahwa Portugis, Inggris, Belanda, Amerika, Jepang hanya dapat kita usir dengan melakukan mobilisasi massa secara luas. Demkian juga Soeharto sebagai salah satu antek penjajah dapat kita turunkan dengan mobilisasi massa, juga revisi UU 13/2003 –yang merupakan pesanan Penjajah-dapat kita batalkan dengan mobilisasi massa.

Untuk itu, dalam rangka memperingati peristiwa perlawanan mahasiswa dan rakyat Indonesia dalam berjuangan melawan Penjajahan Asing pada tahun 1974 –yang sekarang dikenal dengan peristiwa Malari/Malapetaka 15 januari, sekalipun bukan malapetaka tetap sebenarnya adalah momentum perlawanan rakyat terjadap penjajah- maka kami mengundang sekalian rakyat; Kaum Buruh yang masih terjajah, Pemuda-Pemudi, Kaum Tani, Kaum Terpelajar untuk bersama-sama melakukan AKSI MOBILISASI KE ISTANA NEGARA, PADA TANGGAL 15 JANUARI 2008. TITIK KUMPUL DI PATUNG KUDA INDOSAT JAM 10.00 WIB.

BERSAMA-SAMA KITA SUARAKAN :
“ LAWAN PENJAJAHAN ASING, TANPA SISA ORDE BARU DAN REFORMIS GADUNGAN “

STOP BAYAR HUTANG LUAR NEGERIBANGUN INDUSTRI DALAM NEGERI YANG MANDIRINASIONALISASI INDUSTRI TAMBANG DI BAWAH KONTROL RAKYAT

Hubungi Kawan-Kawan dibawah ini :

Bekasi : Ata à0815 8531 9296/021 8835 3230.
Jakarta : Vivi à0815 894 6404
Tangerang : Nata à0813 1882 0271

Aksi melawan Penjajahan Asing ini di selenggarakan oleh :
SRMK-PRM, LMND-PRM, FNPBI-Merah, GSPB, SPI, MAHARDIKA PRM,
KPRM-PRD, PAPERNAS-PRM