29 April 2009

Menjelang May Day 2009





SERUAN PIMPINAN PUSAT GSPB
---ANGGOTA ALIANSI BURUH MENGGUGAT---
Kepada Kawan-Kawan Anggota GSPB dan Seluruh Kawan-Kawan Buruh

1 MEI 2009, SATUKAN BARISAN, TINGGALKAN PABRIK,
BERSAMA SELURUH KAUM BURUH INDONESIA TURUN KE JALAN!

Salam May Day !!

Beberapa hari lagi, kita-kaum buruh Indonesia akan merayakan hari buruh internasional, tepatnya, Jumat, 1 MEI 2009. Hari di mana ratusan tahun yang lalu, kaum buruh di seluruh Negara mendapatkan kemenangan 8 jam kerja, dari 16-18 jam kerja sebelumnya. Kemenangan yang didapat melalui aksi-aksi dan pemogokan-pemogokan serentak kaum buruh di berbagai Negara, dengan semangat juang dan pengorbanan.

Saat ini, kaum buruh Indonesia, sekalipun telah mendapatkan jaminan 8 jam kerja, namun dalam banyak hal yang lain, kaum buruh Indonesia masih sangat menderita. Sebelum krisis semakin parah di bulan-bulan terakhir ini, kaum buruh Indonesia, hanya mendapatkan upah minimum yang sangat kecil—yang hanya cukup untuk membayar kontrakan dan transport—selain upah, kepastian kerja juga semakin tidak jelas. Awalnya h anya bagian-bagian tertentu yang dijadikan buruh kontrak (atau outsourcing, harian lepas, borongan dll), namun lama-kelamaan semakin banyak kawan-kawan yang buruh tetap diganti statusnya menjadi buruh kontrak—yang tidak mendapatkan hak-hak kesejahteraan seperti buruh tetap—

Cilakanya lagi, krisis ternyata makin parah, sehingga ancaman bagi kaum buruh semakin besar, terutama PHK massal. Satu demi satu pabrik-pabrik di sekitar kita mulai mengurangi jam kerja, mulai meliburkan buruhnya, mulai merumahkan buruh, dan bahkan secara terang-terangan mulai melakukan phk-phk massal—seperti yang kita lihat di PT Matel Bekasi—dan lebih cilaka lagi, PHK dilakukan tanpa pesangon.

Sementara di sisi yang berbeda, kita melihat, Partai-partai politik Elit dan Elit-elit Politik, sibuk berebut kekuasaan dalam pemilu 2009 ini, bahkan dengan uang yang sangat banyak, menyogok kaum buruh dan rakyat untuk memilih mereka lagi, sekalipun merekalah yang selama ini telah menindas kaum buruh, telah menindas rakyat( dengan menjalankan system kapitalis). Dan uang hasil menindas itulah, yang dipake buat menyogok. Sangat menjijikan dan tak tahu malu, kelakuan partai-partai elit dan elit-elit politik itu. Dan hingga hari ini, tidak ada satu partai dan elit-elit politik itu yang berjuang untuk menghancurkan system kapitalis, sehingga sudah pasti jika klas buruh dan rakyat miskin tidak segera merebut kekuasaan, dan menjalankan system baru (system yang mengabdi pada kepentingan mayoritas rakyat), maka selama itu pula klas buruh semakin miskin dan melarat.

Masalah pokok dalam system kapitalisme adalah satu sisi ingin mendapatlkan untung sebesar-nesranya dengan menekan upah dan kesejahteraan kaum buruh serendah-rendahnya, sisi lain barang-barang produksi (yang dikerjakan oleh buruh, tapi diklaim sebagai milik pemodal) harus terjual habis. Tentu saja tidak mungkin terjadi, yang terjadi adalah sebaliknya, barang-barang banyak yang menumpuk (karena upah buruh tidak cukup untuk membeli), bahkan banyak yang tidak laku, akhirnya pabriknya tutup/bangkrut.

Ada cara pintas bagi kaum pemodal untuk tetap mendapatkan keuntungan, yaitu dengan menanamkan uangnya di pasar modal, dengan jual beli saham. Namun karena perdangan saham, adalah perdangan yang “fiktif” yang harga sahamnya bisa sangat jauh melebihi harga asli produksi (missal harga Rumah di perdagangan biasa, Rp 20 juta, namun di pergangan saham bisa mencapai Rp 50 juta), sehingga akhirnya harga rumah rumah di perdangan biasa menjadi Rp 50 juta, dan karena terlalu mahal, maka di berikan “kemudahan” kepada klas pekerja –yang upahnya rendah itu—dalam bentuk kredit, dan pada satu titik harga rumah terus naik,dan kredit dari klas pekerja kemudian macet (tentu saja macet, karena upah buruh selalu ditekan). Bumm, rontoklah lembaga keuangan, rontoklah pengembang perumahan dan dengan cepat di ikuti oleh rontoklah industri-industri lainnya, termasuk di Indonesia.

Indonesia menjadi lebih parah, karena hampir semua produksi kita ditujukan untuk eksport (artinya tergantung pada situasi ekonomi negara-negara tujuan eksport, yang saat ini sedang krisis parah), sehingga barang-barang hasil produksi kita saat ini tidak bisa dibeli oleh internasional. Selain itu, bahan mentah dan teknologi juga tergantung pada negara-negara lain ( yang dalam situ asi krisis, seperti sekarang bisa meningkat tinggi harganya), belum lagi ketergantungan modal yang sangat besar terhadap negara-negara lain (padahal saat ini negara-negara maju juga sangat membutuhkan modal untuk Industri di negerinya sendiri, yang juga lagi bangkrut), dan bila mereka mau memberikan hutang, maka sudah pasti bunganya akan sangat tinggi, dan dampaknya bagi kita akan terasa di kemudian hari. Akibat hutang pemerintah dan pengusaha Indonesia yang telah mencapai angka 1600 trilyun, saat ini seluruh kekayaan alam kita (tambang, hutan, laut, air, bahkan tanah) telah diberikan ke mereka-mereka yang memberikan hutang—padahal kekayaan alam ini memberikan banyak sekali keuntungan, tapi tidak untuk kaum buruh dan rakyat miskin—

Nah, elit-elit politik dan semua partai politik elit itu (termasuk para pemodal Indonesia) sebenarnya hanya menjalankan agenda-agenda Modal Internasional, sehingga kaum buruh Indonesia, dengan cara ini akan selalu miskin, melarat dan menjadi tumbal dari krisis kapitalis.

Namun sayangnya, banyak kawan-kawan yang menganggap, bahwa dalam situasi krisis ini, kaum buruh Indonesia, jangan melakukan perlawanan, jangan melakukan persatuan gerakan dengan pabrik-pabrik lain. Cukup, di pabrik saja, karena lebih aman jika kaum buruh tidak melawan. Apa betul begitu? Tentu saja tidak, karena soal krisis (di antaranya adalah PHK massal) bukan karena buruh melawan atau tidak, melainkan karena kapitalisme sedang bangkrut karena salah di sistemnya sendiri, dan yang pertama dikorbankan oleh kapitalis adalah buruh-buruh yang tidak punya kekuatan/lemah (seperti buruh kontrak, outsourcing yang belum punya serikat yang kuat), kemudian buruh-buruh tetap yang tak berserikat, kemudian buruh-buruh tetap yang berserikat tapi serikatnya adalah antek pengusaha, baru pilihannya kemudian adalah buruh-buruh yang mempunyai serikat yang kuat.

Ada juga, kawan-kawan buruh yang tidak mau berjuang melawan elit-elit politik, karena dalam pemilu legislative kemarin, terlibat dalam tim sukses salah satu caleg atau karena ketakutan. Kepada kawan-kawan ini, kita harus sabar untuk terus menjelaskan, bahwa sekalipun saudara kita yang maju menjadi calon anggota DPR/DPRD, namun mereka berada di partai busuk, partai kapitalis, di mana kebijakan partai ditentukan oleh mereka yang bermodal besar, bukan oleh mereka yang dari buruh, jikapun ada dari kaum buruh yang bisa jadi pimpinan partai kapitalis/elit itu, sudah jelas karena buruh tersebut sudah meninggalkan kepentingan kaumnya, yaitu kepentingan kaum buruh ( bukankah Yakop Nuawea, Menteri Tenaga Kerja jaman Megawati jadi Presiden dulunya juga seorang buruh, juga pimpinan SPSI, namun di tangan Yakop, UU 13/2003 yang lebih menyengsarakan buruh, justru disahkan)

Sementara di pabrik lain, ada sebagian anggota yang melihat, bahwa penyatuan mobilisasi, penyatuan kekuatan kaum buruh di May Day, tidak banyak manfaatnya bagi perjuangan kaum buruh di dalam pabrik. Apa benar demikian? Tentu saja tidak, karena dengan menghimpun kekuatan bersama, maka akan terbangun solidaritas yang semakin kuat sesama kaum buruh, sesama rakyat miskin, sehingga akan lebih mudah untuk saling memberikan dukungan (bantuan) ketika ada salah satu pabrik yang bermasalah. Dengan menghimpun kekuatan bersama pula, akan semakin kuat pula posisi tawar kita di hadapan pengusaha ketika kita melakukan perjuangan dalam pabrik (pengusaha akan melihat kita, bukan sebagai buruh di pabrik nya saja, melainkan melihat kita sebagai bagian dari kaum buruh Indonesia yang kuat karena telah bersatu)

Memang tidak mudah perjuangan kaum buruh ini, memang tidak mudah perjuangan GSPB dan serikat-serikat lainnya, namun dengan kenyataan bahwa kaum buruh Indonesia dan kaum buruh sedunia adalah kaum yang paling menentukan proses pruduksi dan distribusi semua barang dan jasa (artinya kaum buruhlah yang menciptakan peradaban, menentukan kehidupan umat manusia), maka kita yakin, bahwa perjuangan ini akan berhasil pada waktunya. Saat ini yang dibutuhkan adalah semangat juang yang tinggi, semangat berkorban (baik pikiran, tenaga maupun dana), semangat bersatu, semangat saling membantu, semangat saling mendukung dari kawan-kawan anngota GSPB maupun buruh secara keseluruhan, agar semakin hari, kekuatan kaum buruh semakin besar dan kuat.

Apalagi, saat ini sebagian besar kaum buruh, masih menjadi bagian dari serikat-serikat buruh kuning (yang pimpinannya adalah kepanjangan tangan dari pengusaha maupun pemerintah), sehingga dalam agenda-agenda perjuangan kaum buruh—termasuk may day—tidak mau terlibat, bahkan dengan berbagai upaya coba dihalang-halangi. Jika tidak berhasil membatalkan agenda aksi may day, maka akan dicoba cara lain, seperti dengan cara membelokan tuntutannya, agar tidak mengganggu kepentingan pengusaha, atau dengan cara lain seperti membatasi keterlibatan anggotanya, sehingga cukup perwakilan 1-2 dua orang saja, atau dengan bentuk acara yang berbeda, entah dengan seminar, entah dengan tatap muka ke pejabat, entah dengan acara musik dan lain sebagainya.

Kita tentu saja tidak menolak metode-metode itu, namun untuk 1 MEI 2009, kita tidak akan melakukannya, karena 1 MEI bagi kita adalah hari di mana kaum buruh sedunia, sedang memperingati hari kemenagan terhadap kaum pemodal pada jaman dulu, sekaligus sebagai hari untuk memperjuangan kepentingan kaum buruh pada jaman sekarang, dengan seluruh kekuatan dan sumber daya yang ada, yaitu dalam bentuk AKSI MASSA, dalam bentuk DEMONSTRASI, dalam bentuk RALLY-RALLY MASSA.

Dengan AKSI MASSALAH, kaum buruh mampu memecahkan rasa ketidakberdayaannya, rasa rendah dirinya. Dengan AKSI MASSALAH, kaum buruh sedang menempa dirinya untuk perjuangan jangka panjangnya, termasuk mempertinggi solidaritasnya, karena bertemu dengan kawan-kawan buruh dari pabrik lain, dengan kawan-kawan buruh dari serikat lain, bahkan bertemu dengan kawan-kawan buruh dari kota lainnya, yang juga mempunyai masalah yang sama dengan masalah di pabrik kita, di tempat kerja kita.

AKSI MASSA juga sekaligus sebagai unjuk kekuatan kaum buruh agar lebih di dengar, bahkan agar tuntutannya dipenuhi (siapa diantara kita yang berani mengatakan bahwa Rencana Revisi UU 13/2003 yang merugikan kaum buruh, pada tahun 2006 bisa dibatalkan bukan karena aksi massa, karena demontrasi kaum buruh di seluruh Indonesia), karena berbicara soal perjuangan adalah berbicara soal kekuatan, siapa yang kuat, maka dia yang akan menang (apalagi yang kuat adalah pihak yang benar)

Oleh karena itu, bagi anggota GSPB yang sadar dan berani, bagi kawan-kawan buruh yang mau berjuang, kami serukan:

BERGABUNGLAH DALAM AKSI MASSA BESAR-BESARAN
ALIANSI BURUH MENGGUGAT,

JUMAT, 1 MEI 2009
JAM 10.00 wib DI BUNDERAN HI MENUJU ISTANA NEGARA
(SHOLAT JUMAT AKAN DI SELENGGARAKAN DI SANA)

Seruan ini di dukung oleh : PRMJ, PPRM, JNPM, SPI, LMND-PRM
(sekretariat: Jl Lapangan Bekasi Tengah, No 16 A—Kec Bekasi Timur. Telp/Fax: 021 88353230.
Web Blog:www.solidaritas-buruh.blogspot.com, Email: pp.gspb@arahgerak.co.cc)


Pusat informasi untuk Bekasi:
1.Kec. Cibitung: 02191336725-Rokhimi 2.Kec. Cikarang Barat: 081388133110- Denny, 081319711841-Topan, 081319216833-Rina 3.Kec. Medan Satria: 081807007447-Saudikin, 08159945122-Abdul . 4.Kec. Cikarang Utara: 0811189723-Karya. 5.Kec. Rawa Lumbu: 081213204471-Pak Juri

Pusat Informasi untuk Jakarta:
1.Kec. Kembangan: 02199792184-Mak Arum, 2.Kec. Salemba: 081318021276-Risna 3.Kec. Grogol: 081384774003-Beny 4.Kec. Koja-Tanah Merah: 081804095097-Dian. 5.KBN Cakung: Jumisih-08561612485

“LAWAN PEMILU ELIT 2009, LAWAN KAPITALISME!!”
“SAATNYA PERSATUAN KAUM BURUH DAN RAKYAT MISKIN BERKUASA!!”

Tidak ada komentar: